Bagi Buddha, jalan menuju kebahagiaan dimulai dari memahami akar
yang menyebabkan penderitaan. Apabila diibaratkan, Buddha adalah
seorang dokter yang hebat, dan apa yang disampaikan Buddha adalah berasal dari kebijaksanaannya tentang Tuhan atau Kesemestaan, hal ini karena
pengetahuan tentang Ketuhanan/Kesemestaan akan membawa manusia kepada
memahami diri dan penyakit apa saja yang berpotensi mendera dan
membuat kita menderita.
Sehingga daripada sekedar mengobati
penderitaan manusia, Buddha sekaligus menyampaikan resep
pencegahannya. Dalam metafora ini, sebagaimana yang Buddha sampaikan, obatnya adalah
tentang kebijaksanaan dan kasih sayang yang dikenal dengan istilah sebagai Dharma, dan
para perawat yang mendukung dan menunjukan bagaimana obat dikonsumsi adalah
komunitas Budha yang disebut sebagai Sangha, mereka bisa diistilahkan sebagai para pelatih
jiwa.
Penyakitnya, bagaimanapun hanya bisa disembuhkan jika si pasien menuruti nasehat
Dokter dan mengikuti langkah perawatan – Delapan Jalan Kebenaran, adalah inti pelatihan
dan praktek nyata menjalani kehidupan yang melibatkan kontrol dari pikiran.
- Pandangan Benar. Melihat dunia melalui mata yang berketuhanan, yaitu mata yang ada didalam Jiwa dengan berdasarkan kepada prinsip kebenaran dan kebaikan
- Pikiran Benar. Pikiran yang telah jernih karena mengikuti kebersihan Jiwa dan tidak dikuasai hawa nafsu serta kebodohan sehingga bisa mengarahkan pikiran kepada hal-hal yang baik dan bermanfaat atau positif..
- Ucapan Benar. Berbicara kata-kata yang baik, jujur, dan bermanfaat.
- Perilaku Benar. Perilaku yang didasari nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan, yaitu Kasih Sayang.
- Penghidupan Benar. Sang Buddha berkata, "Jangan mencari nafkah Anda dengan merugikan orang lain. Jangan mencari kebahagiaan dengan membuat orang lain tidak bahagia."
- Usaha Benar. Melakukan usaha-usaha yang bermanfaat untuk diri dan sesama yang berdasar kepada Niat yang baik dan dilakukan dengan benar agar menjadi manfaat bagi semua.
- Perhatian Benar. Perhatian kepada kondisi Jiwa dalam beraktifitas
- Konsentrasi Benar. Fokus pada disini dan disaat ini, tempat yang paling dekat dengan Tuhan, yaitu kenyataan, atau dikenal juga dengan kasunyatan.
Dalam apa yang disampaikan Buddha, perawatan yang dijalani bukan obat yang langsung
bisa ditelan dan mengobati penyakit, tapi adalah praktek sehari-hari dari pengendalian pikiran, ucapan, dan tindakan, yang kita sendiri bisa mengamati dan mengevaluasi berdasarkan pengalaman
keseharian kita sendiri.
Meditasi, yang adalah alat yang paling terkenal dari latihan yang
8
disampaikan Buddha, bukan untuk melepas diri dari dunia dan realitas, melainkan alat melatih pikiran untuk tidak liar, agar tunduk kepada kesadaran jiwa, yaitu membangun
koneksi kepada Tuhan dan menerima apapun yang terjadi dalam hidup agar kemudian
muncul dorongan untuk selalu mengusahakan yang terbaik yang bisa dilakukan dalam hidup,
sehingga kemudian meditasi bisa memunculkan kemampuan intuisi manusia dan melihat
segala sesuatu dengan mata yang lebih bijak dan tindakan yang lebih produktif.
“Semua kita saat ini adalah hasil dari apa yang kita pikirkan. Semua ditemukan dalam
pikiran kita. Semua dibuat dalam pikiran kita..." (Dhammapada 1)
Ayat pertama dari Dhammapada, kumpulan tulisan kata-kata Buddha yang paling awal,
berbicara tentang kesengsaraan dan kebahagiaan. Karena itu tidak mengherankan apabila
pengajaran yang disampaikan Buddha memiliki banyak topik tentang kebahagiaan.
Deskripsi
kontemporari tentang Buddha adalah “selalu-tersenyum” Tapi bukan senyum yang berasal
dari kepuasan kekayaan materi atau kesenangan fisik, melainkan senyum yang berasal dari
kedalaman jiwa dan ketenangan batin sehingga melingkupi kebahagiaan materi dan kesehatan
fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar