Sabtu, 25 Maret 2017

Pokok Pertama

Pokok Pertama
NAPAS, JIWA, DAN SPIRITUALITAS

Spiritual berarti berbicara tentang spirit, adalah sesuatu yang dasarnya bersifat imajinatif karena berada “di atas” atau “di dalam” realitas.


Melihat istilah yang umum kita dengar, ada istilah “body, mind, and spirit”, yaitu tubuh, pikiran, dan jiwa atau ruh. Pertama adalah badan, dimana otak sebagai bagian dari badan adalah tempat untuk kita berpikir, kemudian turunan dari berpikir, adalah rasa. Kita menyadari kita memiliki perasaan, dan setelah itu, barulah spirit (atau soul) yang berarti juga jiwa atau ruh, sesuatu yang lebih dalam dan lebih halus dari pikiran maupun perasaan.

Dengan menyederhanakannya, secara bahasa, spirit atau soul ini bisa kita sebut juga dengan istilah nyawa, jiwa, batin, sukma, kalbu, atau juga ruh. Masing-masing memiliki definisi dan makna sendiri, namun dalam buku ini istilahnya tidak diurai mendalam, untuk sementara maknanya dianggap serupa dengan penekanan jiwa itu berasal dari sumber Ruh yang sama.

Dari yang saya alami dan ketahui, pendekatan terbaik dari memahami jiwa dan Ruh adalah melalui udara. Karakter dan filosofi dari udara yang berada di 'dalam' badan bisa digunakan sebagai simbolis dari jiwa, kita mati kalau napas terakhir keluar dari tubuh kita.

Jadi, pendekatannya memang udara - walaupun jiwa bukan udara. Udara yang selama kita ada dan hidup keluar masuk melalui napas, senantiasa bersama kita. Diibaratkan sebagai jiwa yang selalu ada bersama badan selama badan masih hidup. Sementara Ruh diibaratkan sebagai udara yang ada di seluruh Bumi, baik yang ada di dalam maupun diluar tubuh. Dengan memandang udara sebagai satu kesatuan maka sebetulnya kita sebagai manusia dan setiap makhluk hidup senentiasa terkoneksi atau berhubungan dalam setiap nafas yang kita hisap.

Udara yang dihisap kedalam badan melalui gerak napas kemudian menjadi bahan bakar untuk hidup bagi badan dan berkesadaran bagi jiwa.

Udara bahan bakar untuk badan

Dan bahan kesadaran serta ketenangan bagi Jiwa

Sistem pendidikan dasar di dunia saat ini membagi manusia menjadi 3 bagian atau objek pembelajaran, yaitu badan, pikiran, dan perasaan. Sementara memasuki ranah spiritualitas, tiga bagian itu tidak cukup untuk menjelaskan manusia secara utuh. Sehingga dalam buku ini kita akan membagi manusia menjadi 5 komponen utama pembentuknya, yaitu:

1. Badan
2. Pikiran
3. Perasaan
4. Jiwa. dan
5. Ruh

Gerak badan ditentukan oleh pikiran, pikiran dikuasai oleh perasaan, dan perasaan sangat dipengaruhi oleh kondisi atau kesadaran jiwa seseorang, sementara kesadaran jiwa dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam atau dalam tatanan sosial yang lebih luas dari diri atau individu sangat dipengaruhi oleh pemahaman tentang Ruh yang adalah sumber yang sama dari semua jiwa manusia di dunia.

Coba bayangkan, manusia bisa hidup sampai lima hari tanpa makan, bisa hidup tiga hari tanpa minum, tapi apa yang terjadi dengan lima menit saja tidak bernapas atau tanpa udara? Gelegepan dan kemudian mati, lima menit saja, tidak lima hari atau tiga hari, cuma lima menit kurang yang dibutuhkan untuk mati tanpa udara.

Demikian pentingnya udara dalam hidup ini yang adalah simbol dari jiwa dan Ruh. Jiwa adalah udara yang masuk dan berada di dalam badan, sementara Ruh adalah udara yang ada di luar badan, udara yang sama dan memnghubungkan semua manusia di dunia.

Segala sesuatu memang baru akan terasa berharganya ketika tidak ada atau langka, seperti makan dan minum sangat berharga saat lapar dan haus. Sementara, untuk udara umumnya orang kurang menghargai, kenapa? Karena udara gratis, berlimpah, dan sifatnya yang bisa diperoleh tanpa syarat.

Seolah lupa untuk dihargai, padahal, untuk menjalani laku spiritual yang berhubungan dengan udara dan gerak napas sebagai pendekatan dari spirit/jiwa, penting untuk menghargai udara sebagai simbol dari Ruh.

Kesadaran napas adalah pendekatan untuk memahami Jiwa, fondasi kesadaran spiritual dan kendaraan untuk merasakan kebahagiaan yang tanpa syarat secara „hampir atau mendekati‟ kondisi terus menerus.

Bagaimana bisa terus menerus? Karena sudah bisa menikmati baik kesenangan maupun kesedihan dengan bijak. Bagaimana caranya? Bagaimana pendekatan prakteknya? Yaitu diantarannya dengan melakukan sesuatu yang telah dikenal umum sebagai meditasi. Di buku ini, yang akan disampaikan adalah adalah meditasi yang berfokus kepada jiwa dengan rasa keberserahan kepada Yang Maha Kuasa sambil menyadari keberadaan napas.

Bagi pemula bisa dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan pengaturan napas dan menyadari keberadaan napas, ini diistilahkan dengan masuk ke kondisi meditatif atau self hipnosis, yaitu kita menurunkan frekuensi gelombang otak. Sejenak melepas diri dari hiruk pikuk naik turunnya gelombang kehidupan, dengan diam, hening menenangkan liarnya pikiran dan merasakan kedamaian, melepas dari apa saja yang tidak perlu, untuk berekspresi apa adanya dengan bebas sebagaimana pergerakan ruh, untuk seolah bertemu dengan “Diri” yang ada di dalam diri dan menjadi diri yang bebas merdeka walau hanya beberapa saat.

"Lepas dari semua dan hanya menerima dan menerima saja,"

Menerima saja koneksi dengan sesuatu yang tak terbatas dan tak terjangkau tanpa lagi kita perlu berpikir atau merasa-rasa. Mari saudara-saudara, kita masuk kedalam DIRI.


Ayo kita praktek, ambil satu momen waktu bagi Anda untuk bisa melakukan meditasi jiwa. Bayangkan bahwa napas ini ketika Anda hirup, akan membawa udara ke seluruh badan kita, udara masuk ke paru-paru menempel di darah, dibawa ke jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh. Mari kita tarik napas sambil dan seketika itu melepas kesadaran yang ada, kosong-kan gerak pikiran, lahirkan gerak bawah sadar atau intuisi.

Disini, Anda lepaskan diri masuk ke rasa ketidakberdayaan dan biarkan bawah sadar mengambil alih semua kontrol untuk mengekspresikan diri, mendapatkan dan mengekspresikan pesan dari bawah sadar. Kita resapi bahwa bawah sadar terkoneksi dengan ruang dan waktu yang „tanpa batas‟, bawah sadar kita sebagai manusia, itu terkoneksi dengan bawah sadar semesta, disini mulailah perjalanan diri yang ada di dalam diri berkelana melalui semua ruang dan waktu, tanpa perlu kita pahami apa-apa melainkan hanya menerima dan menerima saja, kemudian mengekspresikan gerak sebagaimana dorongan dari dalam, dorongan dari dalam yang kita akan biarkan berekspresi dengan bebas.

Lepaskan esensi diri Anda yang ada di dalam. Biarkan Jiwa mengambil alih raga Anda, dan ini tidak bisa dilakukan kecuali Anda bisa menstop gerak pikiran dan perasaan semaksimalnya, dan mengeluarkan rasa keberpasrahan sebesar-besarnya.

Posisi awal bisa beraneka ragam, bisa berdiri tegak, bisa duduk tegak, sambil tiduran, dan lain-lain, bebas. Selanjutnya biarkan posisi badan dan anggota badan bergerak dan berubah mengikuti dorongan dari dalam.

Di seluruh agama ada ritual peribadatan. Dan bila kita setuju bahwa Tuhan tidak membutuhkan segala bentuk peribadatan manusia, melainkan manusia yang membutuhkannya, maka semua ritual keagamaan pastilah esensinya adalah pengajaran kehidupan bagi manusia untuk bisa ditarik manfaat atau hikmahnya.

Maka, istilah meditasi yang disebutkan di atas sebetulnya adalah yang juga dikenal sebagai ritual peribadatan. Buat orang Islam, ini adalah shalat. Diantara fungsi utamanya adalah membangun koneksi dengan Tuhan, berpasrah kepadaNya, dan menyampaikan segala pengharapan yang baik kepada Yang Maha Kuasa.

Mengenai metoda meditasi yang disampaikan dalam buku ini, ibarat doa. Bisa bebas dilakukan dimana saja ketika memungkinkan. Proses meditasi seperti ini, teorinya adalah Anda sedang menghipnosis diri, menurunkan kondisi gelombang otak, dari Betha ke Alpha dan ke Theta, kemudian dalam kondisi Theta agar pengharapkan yang dipanjatkan dan ketenangan yang diharapkan bisa diperoleh yang dengannya kita memulai proses pelatihan diri untuk lebih mengenal jiwa dan keberadaannya.

Anda membangunkan sebuah realitas yang berasal dari alam bawah sadar agar mempengaruhi pikiran sadar sehingga pikiran menjadi tenang dan damai. Dengannya kita melatih memunculkan inspirasi dan intuisi yang bisa memecahkan masalah diluar batas logika pikiran bekerja.

Praktikan saat Anda dalam kebingungan dan berharap petunjuk dari Tuhan, semisal contohnya ketika ditegur atasan dan hati merasa kesal atau sedih, atau mau menghadap dengan kondisi laporan penjualan yang jeblok, atau untuk kondisi apa pun.

Misalkan mau menghadap pejabat dan Anda grogi? Maka tarik napas, dan katakan semisal, “atas ijin Tuhan, saya berserah diri dan memohon ketenangan”, berserah tanpa syarat, berserah yang muncul dari kedalaman diri. Setelah itu, ketika Anda semakin terbiasa dengan kondisi jiwa yang berpasrah dan menyatukan diri dengan Kekuasaan Yang Maha Kuasa, maka lama kelamaan tidak akan ada lagi yang terlalu ditakutkan atau  dikhawatirkan, pada saat itu, Anda lebih siap menghadapi kondisi turun-naik kehidupan dan bisa menjadi jauh lebih produktif dan kreatif dalam hal yang berhubungan dengan aktualisasi minat dan bakat yang dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi kita dalam kehidupan.

Demikianlah, sekilas mengenai Pokok Pertama, lakukan hal ini berulang sebagaimana dibutuhkan, 30 menit untuk satu sesi sudah sangat panjang, setidaknya kita bisa melakukan sekitar 5-10 menit saja sudah sangat cukup, bebas. Bebas waktu, bebas tempat, bebas fokus indera, bebas posisi tubuh.

Selamat mempraktikan dan merasakan kebahagiaan serta ketenangan melalui olah napas!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar